SPPN DKI JAKARTA
Blognya Sekolah Pertanian DKI Jakarta n Tempat Gaulnya Para Siswa dan Alumnus SPN (SPP - SPMA) DKI Jakarta di Dunia Maya

PEMALSUAN PRODUK JAMU

Labels:
Trend global masyarakat yang menuntut pangan dan produk kesehatan yang aman dengan slogan ”back to nature”, menunjukkan pertumbuhan yang semakin meningkat. Nilai pasar tanaman obat dan berbagai produknya dari jamu tradisional sampai modern (jamu terstandar dan jamu fitofarmaka) di dalam negeri relatif tinggi dan menunjukkan kecenderungan meningkat dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi obat berbasis bahan baku alami, termasuk semakin maraknya penggalian potensi bahan obat dari tanaman baru.


Nilai perdagangan obat herbal, suplemen makanan, nutraceutical dll di dunia pada awal tahun 2000-an mencapai 40-60 milyar USD, dan pada tahun 2050 diperkirakan menjadi 5 triliun USD dengan peningkatan 15% per tahun, lebih tinggi jika dibandingkan dengan peningkatan nilai perdagangan obat konvensional modern hanya 3% per tahun. Cina sebagai negara yang paling maju dalam bidang produk herbal, memiliki 940 perusahaan obat tradisional dengan nilai penjualan domestik mencapai 6 milyar USD dengan pangsa pasar mencapai 33% dari total pasar obat dunia. Di India 60-70% penduduk menggunakan sistem pengobatan alami, dengan nilai penjualan mencapai 3 milyar USD pada tahun 2002. Di Korea output dari obat herbal mencapai 500 juta USD yang merupakan 12% dari total penjualan obat dunia. Di Malaysia, nilai perdagangan produk herbal mencapai 1,2 milyar USD, dengan trend pasar meningkat 13% per tahun. Di Indonesia volume perdagangan obat tradisional pada tahun 2002 baru mencapai 150 juta USD, padahal kurang lebih 80 % penduduk Indonesia diketahui sudah terbiasa mengkonsumsi obat tradisional yang dikenal sebagai “jamu”.

Pada akhir-akhir ini berbagai pemberitaan media menyebutkan adanya beberapa produk bahan alami atau jamu yang ditemukannya banyak yang palsu bahkan menggunakan bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan konsumen. Hal tersebut tentu sangat menggemaskan para pemerhati maupun konsumen obat-obat herbal. Beberapa tamu yang datang berkunjung ke Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik pun bahkan tak luput menanyakan tentang maraknya pemalsuaan atau berbagai merk produk jamu yang menggunakan bahan yang berbahaya tersebut.

Maraknya produk jamu yang menggunakan bahan yang berbahaya tidak saja merugikan para konsumen, namun lebih jauh juga sangat merugikan para pengusaha industri obat herbal. Untuk hal tersebut maka kerjasama berbagai pihak seperti produsen (petani, pengusaha, industri obat herbal/jamu ), Departemen Kesehatan, Badan POM dan berbagai instansi lainnya perlu untuk lebih ditingkatkan atau dibentuk misal dengan membuat label brand dari jamu.

Namun sebenarnya beberapa tanaman obat yang terformulasikan dalam jamu fitofarmaka yang sudah diuji secara klinis, dan dapat diperoleh dengan resep dokter dapat menjadi salah satu pilihan bagi konsumen dalam menggunakan produk herbal yang lebih aman dan terjamin. Cara yang paling aman dan mudah barangkali adalah pembelajaran untuk masyarakat untuk dapat menanam, mengolah dan memanfaatkan sendiri tanaman obat yang berguna di sekitar halaman (TOGA, taman obat keluarga). Bagi masyarakat yang ingin mengenal jenis, manfaat dan pengolahaan tanaman obat silahkan datang ke Balittro (Balittro Sie Informasi)
0 comments:

Popular Posts

Followers