SPPN DKI JAKARTA
Blognya Sekolah Pertanian DKI Jakarta n Tempat Gaulnya Para Siswa dan Alumnus SPN (SPP - SPMA) DKI Jakarta di Dunia Maya

Tanaman Hias Menjanjikan Masa Depan Gemilang


Tanaman hias kini cukup diminati masyarakat untuk dipelihara. Umumnya yang populer di masyarakat berkisar antara tanaman jenis anggrek dan bunga-bungaan lainnya. Selain lebih membutuhkan ruangan yang sedikit, pemeliharaannya pun relatif mudah. Bahkan, jika benar-benar serius digarap sebenarnya tanaman hias ini dapat dijadikan satu cara untuk melindungi flora asli Indonesia dan konservasi lingkungan secara berkelanjutan di masa mendatang. Selain itu, tanaman hias secara eknomi sangat menjanjikan masa depan gemilang.
Kekayaan flora Indonesia yang begitu melimpah sebenarnya tidak melulu mesti hidup dan berkembang di hutan-hutan lebat. Beberapa sudah ada yang dikembangkan dalam bentuk tanaman hias sehingga banyak masyarakat yang menaruh minat untuk memeliharanya. Namun, dibandingkan dari banyaknya jenis dan jumlah flora yang terdapat di Indonesia masih diperlukan sentuhan tangan-tangan ahli dan terampil untuk menyulapnya menjadi komoditas andalan bangsa.
Seperti telah diketahui bersama Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati. Sebagian dari kekayaan flora yang melimpah tersebut berpotensi sebagai tanaman hias. Dengan berbagai ragam keindahan dan keunikan, flora Indonesia mempunyai peluang untuk diberdayakan sebagai komoditas komersial yang penting dan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan petani tanaman hias dan devisa negara.
Hasil eksplorasi yang dilakukan berbagai pihak memberikan informasi bahwa beberapa jenis plasma nutfah yang dikoleksi mempunyai potensi untuk dijadikan tanaman hias. Beberapa suku dan marga tumbuhan asal hutan belantara Indonesia juga cukup indah sebagai tanaman hias pot dan sebagian telah dibudidayakan, namun belum dikembangkan lebih lanjut.
Penelitian plasma nutfah dalam beberapa tahun terakhir, telah berhasil mengumpulkan berbagai spesies atau kultivar yang sebagian telah dikarakterisasi. Jenis-jenis tersebut antara lain spesies atau kultivar dari famili Orchidaceae, Zingiberaceae, Araceae, Euphorbiaceae, Palmae, dan Oleaceae. Jenis-jenis tanaman hias asli Indonesia yang berpotensi nilai ekonomi tinggi cukup banyak, antara lain hasil-hasil silangan terseleksi pada anggrek dan Aglonema. Banyak spesies atau kultivar dari famili Zingiberaceae, Araceae, Orchidaceae, Palmae, Polypodiaceae, dan Pandanaceae mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Pemberdayaan dan pemanfaatan serta pengembangan jenis tanaman hias terkoleksi perlu mempertimbangkan faktor internal dan eksternal terutama akses pasarnya. Kendala dalam agrobisnis tanaman hias antara lain adalah preferensi konsumen yang relatif cepat berubah. Oleh karena itu, terhadap tanaman hias terkoleksi perlu dipelajari dan diteliti potensi fungsi dan kegunaannya baik sebagai bunga potong, tanaman hias pot atau taman, ataupun sebagai daun potong dengan kriteria menurut selera pasar.
Sistem usaha tani tanaman hias yang dilakukan petani dan pengusaha berbeda-beda. Pada umumnya sering dilakukan jual-beli bibit atau tanaman dengan ukuran siap jual dari daerah sekitarnya atau dari pusat-pusat produsen dan perdagangan tanaman hias. Petani pengusaha setelah membeli tanaman hias tertentu kemudian memeliharanya sebelum dijual kepada konsumen. Pemeliharaan bersifat sementara untuk menghindari risiko yang mungkin terjadi. Tanaman akan dilepas jika harga yang ditawarkan konsumen memberikan sedikit keuntungan. Dengan prinsip seperti itu, volume penjualan dapat meningkat, terutama untuk jenis-jenis tanaman hias taman.

Tak Ada Harga Standar
Tidak ada harga standar dalam perdagangan tanaman hias. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan pedagang dan pengusaha tanaman hias dalam menentukan nilai jual adalah frekuensi pembelian, jumlah pembelian dan subjektivitas pedagang terhadap status pembeli. Selain itu, harga dipengaruhi juga oleh jenis dan varietas, ukuran tanaman, umur tanaman, tingkat laju pertumbuhan, keindahan dan keunikan tanaman/bunga.
Selain itu, dasar pertimbangan lain adalah lamanya tanaman beredar di masyarakat, kelangkaan tanaman, kesehatan tanaman, dan lokasi penjualan, pengaruh hari-hari besar seperti Idul Fitri, Natal, Tahun Baru dan upacara adat, potensi pasar domestik dan luar negeri, serta kondisi perekonomian dan pembangunan secara global.
Permintaan jenis tanaman hias tidak menentu, sehingga ada kecenderungan petani pengusaha memiliki berbagai jenis tanaman. Kondisi demikian menyebabkan kurang terurusnya kesehatan tanaman karena setiap jenis tanaman memerlukan kondisi pemeliharaan yang berbeda. Masalah lain adalah adanya petani pengusaha tanaman hias yang bermodal cukup melakukan perbanyakan tanaman hias yang sedang trendy. Hal ini mengakibatkan volume tanaman di pasaran relatif banyak sehingga harga menurun dengan cepat serta menimbulkan kerugian bagi petani dan pengusaha kecil.
Untuk ekspor, masalah di pasar internasional adalah permintaan tanaman hias tertentu dalam volume yang cukup banyak dengan kualitas seragam dan dalam waktu relatif singkat. Permintaan biasanya hanya untuk beberapa kali pengiriman sehingga tidak dapat dipenuhi oleh pengusaha, karena kesulitan dalam sistem produksi. Misalnya permintaan tanaman kedondong laut, hanjuang, dan suji pachira oleh Korea, Jepang, Taiwan, Singapura, dan Amerika. Permintaan umumnya melalui perantara luar negeri atau bekerja sama dengan petani pengusaha tanaman hias dalam negeri. Hal ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat, sehingga menurunkan harga produk sampai di bawah biaya produksi, seperti yang terjadi pada produk ornamen suji di daerah Selabintana, Sukabumi pada 2-3 tahun terkahir ini.
Perkembangan usaha tanaman hias sangat terkait dengan kondisi perekonomian, terutama pembangunan pemukiman, gedung-gedung perkantoran, serta sektor pariwisata. Pusat informasi agrobisnis tanaman hias juga besar perannya sebagai acuan untuk perencanaan sistem produksi. Program aksi yang nyata antara pengusaha dan instansi pemerintah terkait untuk membicarakan dan merumuskan trend tanaman hias untuk beberapa tahun ke depan juga dapat memacu agrobisnis tanaman hias.
Untuk mengantisipasi kejenuhan jenis tanaman hias yang beredar di masyarakat dan untuk menambah keragaman tanaman hias, telah terpilih lima jenis tanaman hias tropis yang berpotensi sebagai bunga potong, yaitu Tapeinochilos anannasae, Calathea erotalivera, Costu "Eskimo Kiss", Costus sp. (braktea coklat kemerahan), dan Zingiber spectabile. Penciptaan jenis/variasi baru dapat dilakukan melalui pemuliaan tanaman, baik dengan teknik hibridisasi maupun mutasi.

Perdagangan Tanaman Hias
Tanaman hias merupakan salah satu potensi dan daya tarik bagi wilayah sekitar hutan kota, hal ini mengingat bahwa usaha dibidang tanaman hias merupakan salah satu mata pencaharian bagi sebagian masyarakat setempat. Berbagai macam tanaman hias seperti bonsai (berbagai spesies tumbuhan langka), anggrek, tanaman buah dan tanaman hias lain dengan berbagai macam bentuk dapat diperoleh disekitar hutan kota maupun di dalam hutan kota yang dikelola oleh Koperasi yang didirikan masyarakat sekitar dengan harga yang dapat dijangkau oleh pengunjung. Keanekaragaman tanaman hias yang dipasarkan tersebut secara nyata telah berdampak hadirnya suasana lingkungan yang semakin memiliki nilai keindahan yang unik dan menarik bagi para pengunjung yang berkunjung ke Hutan Kota Srengseng.
Krisis 1998 meyebabkan pasar tanaman hias mengalami kelesuan. Daya beli masyarakat melemah, sektor properti yang menjadi konsumen penting mengalami kebuntuan.
Berkembangnya usaha anggrek dalam negeri akan mampu meningkatkan pendapatan petani, memenuhi tuntutan keindahan lingkungan, menunjang pembangunan industri pariwisata, membuat komplek perumahan, perhotelan dan perkantoran bertambah asri. Pembangunan industri tanaman hias diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja, menambah devisa dan membuka peluang tumbuhnya industri sarana produksi, produk sekunder dan jasa transportasi
Namun, perlahan-lahan pasca krisis 1998, pasar tanaman hias menggeliat kembali. Bahkan beberapa tahun belakangan ini beberapa komoditas mengalami peningkatan signifikan. Selain anggrek, ada adenium, euphorbia, aglaonema dan anthurium. Gejala ini bisa dilihat di pameran-pameran flora yang diselenggarakan di Jakarta. Hampir di setiap stan tanaman hias menjadikan salah satu dari 5 tanaman itu sebagai main display.
Selain mengebunkan sendiri, tanaman hias itu diperoleh dari luar Jakarta dan luar negeri seperti Thailand dan Taiwan. Sesampainya disini, tanaman diperbanyak, disilangkan sehingga muncul berbagai variasi menarik.
Pasar tanaman hias di Indonesia terbagi menjadi 4 : tanaman indoor seperti aglaonema, tanaman hias untuk taman seperti palem, tanaman untuk rangkaian bunga seperti bunga potong dan tanaman outdoor lainya seperti bonsai dan kaktus. Konsumen bunga potong umumnya industri pernikahan, sedangkan tanaman hias berputar di industri properti (perumahan, perhotelan) serta hobiis dan kolektor.
Dari segi selera pasar, tanaman hias outdoor berharga lebih murah sehingga volume perdagangan lebih besar. Tanaman indoor volume lebih kecil, karena harganya lebih tinggi. Namun, tanaman indoor punya beberapa kelebihan. Jenis ini lebih tahan dipelihara, variasi lebih beragam serta berumur panjang sehingga sesungguhnya konsumen lebih berhemat. Saat ini tren masyarakat mengarah kebentuk tanaman hias kecil dan mudah dipindahkan. Adenium, euphorbia, dan aglaonema memenuhi syarat-syarat ini. Selain itu ada pola kelaziman, bahwa memasuki bulan–bulan perayaan tahun baru, natalan, lebaran, atau 17 Agustusan bisnis tanaman hias kembali marak.
Tanaman hias memiliki kisaran harga yang beragam. Mulai dari euporbia seharga Rp.15.000 hingga sepot aglaonema berharga ratusan juta. Segmen paling marak ada ditanaman kelas menengah, tanaman jenis ini memiliki harga antara Rp 15.000 - Rp 250.000. Penentuan harga ditentukan oleh tren yang berkembang. Semakin bersifat massal, harga akan semakin turun.
Secara global pasar tanaman hias terbagi 2, lokal dan luar negeri. Untuk pasar lokal, tanaman hias asal jakarta sudah merambah hingga daerah-daerah lain ; Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Untuk pasar ekspor, komoditas plumeria dan sanseviera bisa merambah hingga Cina dan Jepang. Ke depannya potensi pasar tanaman hias masih sangat besar. Data dari Asosiasi Pengusaha dan Petani Flora Indonesia (ASPENI) menyebutkan Indonesia baru bisa meraih 1,5% dari total permintaan pasar Eropa yang berkisar US$ 60 milyar per tahun;  Malaysia dan Cina masing-masing 11% dan 60 %.
Selain penjualan, bisnis tanaman hias juga diramaikan dengan usaha penyewaan tanaman/rental. Konsumen yang disasar hotel, kantor, rumah sakit, restoran hingga pusat perbelanjaan. Satu tahun ini, bisnis rental memang agak lesu, imbas kenaikan BBM. Dapat dipahami, usaha ini berhubungan erat dengan urusan transportasi, sehingga urusan BBM sangat vital. Namun di luar hal itu, pasar masih terbuka lebar. Nyaris tidak ada gedung perkantoran yang tidak dihiasi tanaman hidup. Bahkan kini, pengusaha rental juga menyasar event dekorari seminar, pameran, dan perkawinan. Sistem penyewaan dilakukan dalam jangka waktu 1 minggu sampai dengan 1 bulan. Jenis yang disewakan paling banyak palem. Tarif rata-ratanya Rp 30.000 - Rp 100.000 per bulan per pohon, tergantung jenis dan ukuran.
0 comments:

Popular Posts

Followers